Untuk memahami tentang cara menggubah pukulan darbuka menjadi pola pola pukulan yg bermakna musikal, kita memakai istilah bahasa untuk mengurai unsur unsur dalam kalimat ritmik. Unsur terkecil yang merupakan bunyi spesifik dari darbuka kita sebut SILABEL> gabungan dari minimal 3 silabel kita sebut MOTIF> gabungan dari beberapa motif kita sebut FRASA> gabungan dari beberapa frase kita sebut KALIMAT..
contoh:
SILABEL pakai 4 saja DUM, TEK, KA dan SLAP Mari kita rangkai silabel tersebut pertama menjadi:
{dum dum tek}
maka itu disebut motif. Jika motif tersebut kita kembangkan lagi jadi :
{dum dum Tek Teka Tek Slap . . }
ini disebut Frase, jika frase itu dirangkaikan dengan frase baru yg ini:
{dum dum tek teka dum . . . }
maka bunyinya jadi :
[{dum dum Tek Teka Tek Slap . . dum dum Tek Teka dum . . .}]
maka lengkaplah pola tersebut menjadi KALIMAT RITMIK
ket: kalimat tersebut terdiri dari 16 ketuk atau 16 pulsa, tanda titik tetap dihitung sesuai tempo namun tidak dibunyikan
Dalam ilmu bahasa kita mengenal adanya tanda baca dan spasi. Yang tergolong tanda baca antara lain titik dan koma. "Koma" biasa ditandai oleh slap atau tek pada penghujung frase dan jenis frase yg diakhiri dengan dum mengisyaratkan "titik".
Spasi adalah tanda diam, bayangkan jika dalam sebuah tulisan tidak ada spasi, tulisan tersebut akan sulit dimengerti. Prakteknya pada kalimat ritmik yg tidak ada tanda diam cenderung tidak punya makna musikal, mirip seperti org meracau yang bicara tanpa ada juntrungannya.. namun ada pengecualian khusus untuk pemahaman tingkat lanjut bahwa sederetan panjang kalimat ritem bisa saja tanpa tanda diam, namun "tanda diam" terwakili oleh bungkamnya bunyi yg rendah (seperti dum) pada frase ke-3 sebelum frase ke-4 seperti contoh pada sistem "Tala" dalam musik klasik india.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar